Kriiingg…Tagihan Awal Musim


Sebagai wadah pendukung PSS yang berasal dari ragam daerah, atau bahkan beberapa tumbuh besar di luar lingkup Sleman dan sekitarnya sedari kecil, kami menilai tim ini memiliki daya pikatnya tersendiri. Menjadi pembeda di antara yang serupa. Mencintai sebuah klub kecil bertahun-tahun dalam sebuah “kebiasaan” dan langkanya “keistimewaan” tak seperti sematan daerah yang kami tinggali merupakan hal yang tidak wajar terlihat di skena persepakbolaan negeri ini. Kami beruntung bisa bersamanya di barisan. Tak jarang juga kami menciptakan dunia kami sendiri yang seolah menegaskan bahwa kami tetap istimewa dengan cara kami sendiri, dan kami bangga karenanya.

Rasa bahagia itu memang cukup mahal harganya mengingat PSS bukanlah tim yang terlihat menawan untuk dijual. Lebih tepatnya belum dan sangat bisa diupayakan. Berbagai terpaan angin, badai, dan bencana harus kami lewati untuk menyusuri kebahagiaan yang absolut yang kita semua impikan. Beberapa dari kami bahkan enggan beranjak selama belasan atau bahkan puluhan tahun dan memilih setia walaupun banyaknya godaan yang mencoba menarik perhatiannya. Hari ini, musim ini, eh atau bahkan sebelum musim ini akan dimulai, kami harus membayar lagi. Sialnya, sepertinya kami harus membayar “tagihan uang muka” lebih banyak.

Kami tak pernah sekalipun mencoba untuk menunggak meski nampaknya kerap memberatkan. PSS yang menjadi impian, harapan, ataupun jalan hidup bagi yang mencintainya sudah mengetahui bahwa sedari awal semuanya perlu pengorbanan. Namun, semakin lama tagihan yang harus kami bayar dalam berbagai wujud pengorbanan mulai terasa janggal dan membingungkan. Kami merasa diperas paksa tanpa perwujudan yang nyata di masa depan.

Ribut-ribut mengenai transfer pemain-pelatih mengawali daftar pertama tagihan kami. Seperti yang sudah-sudah, list ini sudah biasa kami lihat setiap musimnya. No much to say. Sebab pembuktian sesungguhnya ada di atas padang. Pembedanya ialah terdapat tagihan baru yang belum kami lihat setelah bertahun-tahun, yakni sanksi transfer ban dari FIFA. Beruntungnya, kami mampu melunasinya sehingga tak perlu menambah beban tagihan kami yang lain. Setelahnya, kabar mengejutkan beranjak kepada pengangkatan penggawa PSS musim lalu, Leo Tupamahu untuk menjadi Manager tim. Sulapan bukan? Sepantasnya manifesto “Sebatas Pagar Tribun” diimaknai dan diimani bertahun lamanya, kami mencoba menjaga optimisme dengan bermodalkan kabar lisensi kepelatihan yang ia ambil, sekalipun menyisakan jutaan keraguan (misalnya, kenapa harus dia? dan kenapa harus merangkap jabatan?). 

Memasuki bulan ketujuh, rumor-rumor mengenai pengganti suksesor SMBD mencapai babak baru. Kabar baiknya, kini kita akan segera melihat titik terangnya. Kabar buruknya, semua rumor bernada negatif yang menyelimuti benar terjadi. 3 vendor apparel yang mengikuti tender seperti tercampakkan oleh pendatang baru yang entah darimana ia berasal. Bagi kami, ini menjadi aib yang seharusnya tak perlu terjadi, sebab hal semacam ini bisa dicegah sedari awal. Kami sedikit was-was dengan adanya etika bisnis yang telah dinodai di kasus ini akan menjadi domino yang menyulitkan PSS saat menggaet sponsor/pihak ketiga di masa mendatang karena telah dianggap “tidak profesional”. Mungkin kelihatannya ini merupakan tagihan yang sepele. Namun, somehow kasus ini seperti bom waktu yang akan meledak jika terus dibiarkan menguap. Mustahil kami tidak mengaitkan kesuksesan apparel itu menyeleding 3 kompetitor lainnya sekaligus jika tanpa bantuan dari entitas yang lebih besar. To the point, ini adalah bukti nyata dari kegiatan politik praktis di lingkup klub sepak bola. Bekerja dan menjalin koneksi berasaskan kekeluargaan dengan mengesampingkan meritokrasi dan seleksi berdasarkan kualitas. Menyedihkan melihat manajemen PSS bertekuk lutut hanya karena godaan materi dalam nominal besar tanpa melalui check and re-check orang-orang dan tujuan dibaliknya (atau bisa jadi mereka satu tongkrongan/kerabat). Manajemen juga tidak belajar bahwa mereka pernah tersandung oleh kasus yang serupa di tahun 2022 saat menerima sponsor yang sumber dananya tidak wajar dan mencurigakan (benar saja wong ternyata situs judol).

Beberapa kali kami singgung di tulisan yang pernah kami muat bertajuk “PSS dan Gejala Komorbid” (di “Do-or-Die” Collective Zine vol. II) mengenai buruknya kinerja manajemen di bidang marketing and sales development. Alasan mengapa manajemen mengambil jalan pintas dengan menerima apparel yang dirumorkan membawa banyak suntikan dana disinyalir karena lemahnya analytical thinking dan langkanya inovasi pada kinerja tim marketing and sales development. Pihak ketiga, sponsorship, atau bahkan di level pemain dan staff pun masih kesulitan untuk mencoba meyakinkan diri mereka melabuhkan ketertarikannya terhadap PSS. Cara kerja jadul dan terkesan “sak onone” membuat berbagai pihak yang ingin menjalin kerjasama merasa seperti perjudian karena tidak medapatkan sense of security dari manajemen PSS. Beruntung, sikap manajemen yang membingungkan ini terkadang masih diselamatkan oleh cheat code bernama suporter. Hanya saja, mau sampai kapan kalian bekerja seperti ini? memanfaatkan nama besar dan militansi suporter yang sering kali kalian acuhkan suaranya. Tidak ada asap bila tidak ada api. Suporter tak akan berisik kalau kalian bekerja tak serampangan seperti ini.

Kami belum tahu tagihan ini akan berakhir seperti apa. Semoga saja, keteguhan hati kita mampu membayar ini semua dan bermuara di garis akhir yang mereka janjikan (6 besar katanya). Sudah menjadi tanggung jawab kita semua para pecinta Laskar Sembada untuk memenuhinya. Jangan ragu untuk menyuarakan apa yang janggal. Jangan gentar untuk memberi kritik terhadap sesuatu yang terjadi diluar nalar. Kami tahu, pengorbanan ini sangat mahal. Kami pun tahu, pengorbanan ini akan menemui hasil terindahnya. Namun kami yakin, semua tagihan yang aneh ini adalah fana dan rekayasa. Menyedihkan.

LOVE PSS, HATE MANAGEMENT.
oleh 115 Roots.

Share Article :

Related Article

Other Articles

Our Stance

We've decided our stance, for PSS Sleman.

"Gate of Joy", Menjaga Nyala di Teras Tribun

Menelisik di balik movement Gate of Joy. Oleh NN-SJ