Ragam Bahasa Supporter Sepakbola


Aku meyakini bahwa bahasa bukan selalu menyoal tentang penghubung dua manusia. Lebih jauh dari itu, bahasa adalah naluri alami dari setiap insan. Bahasa hampir sama seperti udara. Terlalu luas dan baru dapat kita kenali jika ia mengisi sebuah ruang berbentuk hingga penuh. Sebuah bahasa tidak melulu perlu disampaikan lisan, sebab bahasa juga dapat terwakilkan oleh emosi, perbuatan, tingkah laku, maupun pola-pola tertentu. Satu hal yang menjadi kepastian adalah, bahasa mencerminkan pemikiran, pemahaman, dan keyakinan penggunanya. Pergerakan dan gejolak sosial juga dapat kita simpulkan sebagai penyampaian sebuah bahasa, termasuk dalam ekosistem suporter sepakbola.

Tidak ada salah dan benar dalam sebuah bahasa. Lingkup salah dan benar akan terlihat jika bahasa sudah ditempatkan dalam 1 kotak, dalam satu konteks. Sebagai contoh, beberapa waktu belakangan rentetan hasil negatif PSS di putaran kedua Liga 1 berlanjut di pekan ke-18. Kegelisahan, harap-harap cemas, ataupun luapan kekecewaan berlalu lalang di “sepanjang jalan”. Satu hal yang mencuri perhatianku adalah kembalinya pemandangan pitch invader yang mungkin terakhir kali kulihat saat laga kandang kontra Persija beberapa bulan lalu. Beragam bentuk respon muncul dari berbagai khalayak baik di obrolan burjo-burjo kecil di sudut gang yang sunyi ataupun ruang-ruang media sosial dengan segala macam jenisnya. Pro dan kontra hadir bak dua awan yang bertemu dan memberi isyarat abu-abu entah sebentar lagi akan hujan atau masih bercahaya cerah.

Kesepahaman yang disebabkan oleh hancur-leburnya PSS dalam beberapa pekan terakhir hingga keluh kesah atas dilanggarnya manifesto meramaikan lini masa dan otakku secara bergantian. Aku tidak akan membahasnya karena kapasitasku belum cukup untuk menelaah itu semua. Namun yang sangat aku pahami, baik yang mendukung ataupun kontra, mereka berbahasa yang sama, hanya saja mereka menggunakan
diksinya masing-masing.

Tiga orang kawan berkumpul suatu sore, satu di antaranya bau ketiak dan mulai mengganggu menu magelangan dan nasi telur dua kawan lain. Setelah bertukar tatap mata di antara mereka, menu magelangan berhenti dikunyah, “kamu belum mandi ya?” ucapnya. Nasi telur ikut mengalami pause. “Mandi lumpur nek iki.” kata kawan kedua. Ada frustasi massal di meja yang sama, dengan diksi dan penyampaian yang berbeda. Bisa jadi begitu pula para pendukung Laskar Sembada dengan segala luapannya beberapa hari ini. Entah kalian berhenti menyanyikan anthem, beranjak pergi dari stadion sebelum peluit panjang berbunyi, yang turun ke lapangan atau bahkan yang hanya tertawa sembari nggayemi arem-arem, bagiku, semua adalah diksi yang kita pilih atas respon yang sama, ketidakpuasan kita terhadap buruknya performa PSS.

 

Visual Screen “Rumadi Out” pada acara kolektif Bounce Back Lads #1

 

Semua orang yang mencintai PSS memiliki bahasanya masing-masing. Bahasa itupun muncul karena keyakinan, jalan, dan cara mendukungnya yang sudah pasti berbeda-beda, sekalipun berada di sebuah ekosistem yang telah memiliki landasannya sendiri. Lagi pula, mencari jalan keluar akan lebih berguna daripada saling menyalahkan. Mencari sebab “Kenapa PSS begini?” akan meleburkan perbedaan diksi yang selama ini menjadi keributan yang berlarut-larut. Keyakinan, sudut pandang, serta cara berbahasa masing-masing orang di setiap zamannya lah yang membentuk berbagai kotak yang beragam. Untuk saat ini, aku tidak akan berharap kepada keberuntungan untuk memperbaiki ini semua. Karena selama PSS masih berkutat di lubang yang sama, maka selama itulah kita akan melihat pemandangan ini lebih lama. Sebab, semua kesemrawutan ini bukanlah takdir yang digariskan oleh Tuhan.

 

Ditulis oleh RM. Dicetak dalam bentuk fisik pada “Nonton Bareng PSS vs barito” (26/11/23).


 


 

Share Article :

Related Article

Other Articles

Semburat Warna Perlawanan

Sorak-sorak nyanyian dan nyala suar selalu menjadi hal yang dirindukan dalam sebuah pesta.

Sekepal Lumut di Tengah Lautan

Semesta meletakkanku di sebuah tempat yang erat dan kental akan warisan kegemaran terhadap klub sepakbola Kotamadya.